- Tujuan Dari ISD(Ilmu Sosial Dasar)
Pada
hakikatnya Ilmu Sosial Dasar (ISD) membahas mengenai sebuah hubungan timbal
balik antara manusia dengan lingkungannya. Hubungan ini dapat terwujud melalui
adanya kenyataan sosial dari sinilah yang menjadi titik perhatiannya. Dengan
demikian Ilmu Sosial Dasar memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar
tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk melengkapi dan mengatasi
gejala-gejala sosial seperti daya tanggap, persepsi, dan penalaran kita. Ilmu
sosial bukanlah suatu bidang keahlian ilmu-ilmu sosial tertentu, seperti
politik, antropologi dan sebagainya, tetapi menggunakan pengertian-pengertian
atau materi dasar yang berasal dari berbagai bidang ilmu sosial seperti yanh
telah disebutkan di atas sebelumnya.
Sebenarnya
Ilmu Sosial Dasar bertujuan untuk membantu mengembangkan wawasan pemikiran dan
kepribadian agar kita memiliki pemikiran yang realistis dan pandangan yang
lebih jauh ke depan. Terutama bagi para mahasiswa/i dituntut untuk lebih
memiliki pemikiran yang luas, kritis, dan berpendapat tapi harus dapat
dipertanggungjawabkan, serta sikap yang santun.
- Pengertian Ilmu Sosial Dasar
- Kemampuan akademik
- Kemampuan Profesi
- Kemampuan Pribadi
Dengan seperangkat kemampuan yang dimiliki seseorang diatas lulusan perguruan tinggi diharapkan seseorang menjadi sarjana yang sujana yaitu sarjana yang cakap dan ahli dalam bidang yang ditekuninya serta mau dan mampu mengabdikan keahliannya untuk kepentingan masyarakat indonesi dan umat manusia pada umumnya. Pencapaian kemampuan akademik dan kemampuan profesi telah diusahakan melalui mata kuliah (MKK). Kedua kemampuan tersebut bertujuan untuk memberikan keahlian dalam bidangnya dan kemampuan menerapkan keahlian itu dalam masyarakat.
Penduduk, Masyarakat dan Kebudayaan
PENDUDUK: penduduk adalah semua orang yang mendiami suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu, terlepas dari warga negara atau bukan warga negara
MASYARAKAT: masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Keseluruhan yang kompleks sendiri berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan.
KEBUDAYAAN: Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
BUDAYA KEPULAUAN SANGIHE-TALAUD
Jadi, tanggal 31 Januari adalah tanggal terpenting bagi masyarakat etnis Sangihe, Sitaro dan Talaud (Nusa Utara). Sebab, setiap tanggal ini dilaksanakan upacara adat Tulude, yakni upacara ucapan syukur bagi Tuhan atas pemeliharaan-Nya selama tahun yang telah berselang dan memohon tuntunan Tuhan dalam menjalani kehidupan di tahun yang baru.
Apa
dan bagaimana sebenarnya tradisi upacara Tulude ini? Upacara adat
''Tulude'' merupakan hajatan tahunan warisan para leluhur
masyarakat Nusa Utara. Telah berabad-abad acara sakral dan
religi ini dilaksanakan sehingga
tak mungkin dilupakan oleh generasi manapun. Tradisi ini secara
perlahan dan pasti telah diterima sebagai suatu tradisi
budaya masyarakat Sulawesi Utara dan Indonesia pada umumnya. Sebab, di
mana ada komunitas etnis Sangihe-Talaud, pasti ada hajatan Tulude.
Tulude adalah pengucapan syukur kepada Mawu Ruata Ghenggona Langi (Tuhan yang Mahakuasa) atas berkat-berkat-Nya selama setahun yang lalu. Untuk praktisnya, banyak kelompok masyarakat menyelenggarakannya tidak utuh sebagai upacara, tetapi dilaksanakan dalam bentuk ibadah syukur, dari tingkat RT, lingkungan, kelurahan, jemaat-jemaat, organisasi rukun dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Namun, hakikat Tulude tetap menjadi dasar pelaksanaannya.
Beberapa abad lalu, Tulude dilaksanakan oleh para leluhur setiap tanggal 31 Desember. Namun karena kesibukan menghadapi perayaan Natal dan Tahub Baru, waktunya diundur sampai tanggal 31 Januari. Tulude berarti “menolak” atau “mendorong” dalam hal ini menolak tahun yang lama dan siap menerima tahun yang baru. Dalam tradisi kafir, acara ini diwujudkan dengan upacara di tepi pantai dengan mendorong ke laut sebuah perahu kecil dengan muatan tertentu. Perahu ini oleh tokoh adat dilepas ke laut sebagai simbol, segala sesuatu yang buruk di tahun yang akan lewat dibuang ke laut agar tidak lagi menimpa warga di tahun yang baru.
Ketika agama Kristen dan Islam masuk ke wilayah Nusa Utara pada abad ke-19, Tulude diisi dengan muatan-muatan injil dan tradisi kafir secara perlahan terkikis. Termasuk hari H yang biasa tanggal 31 Desember ditundu hingga 31 Januari. Pada tahun 1995, DPRD dan pemerintah kabupaten kepulauan Sangihe-Talaud, menetapkan 31 Januari sebagai hari jadi Sangihe Talaud dengan acara inti upacara Tulude.
Dalam upacara ada berbagai konten adat. Pertama, membuat kue adat Tamo di rumah seorang tokoh adat. Kemudian, persiapan pasukan pengiring, penari tari Gunde, tari salo, tari kakalumpang, tari empat wayer, kelompok nyanyi masamper, penetapan tokoh adat pemotong kue adat tamo, penyiapan tokoh adat pembawa ucapan Tatahulending Banua, tokoh adat pembawa ucapan doa keselamatan, seorang tokoh pemimpin upacara yang disebut Mayore Labo, dan penyiapan kehadiran Tembonang u Banua (pemimpin negeri sesuai tingkatan pemerintahan pelaksanaan upacara seperti kepala desa, camat, bupati/walikota atau gubernur) bersama Wawu Boki (isteri pemimpin negeri). Lalu mengundang seluruh warga hadir dengan membawa makanan untuk acara Saliwangu Banua (pesta rakyat makan bersama).
Waktu pelaksanaannya sore hari hingga malam selam 4-5 jam.
Individu, Keluarga dan Masyarakat
Para sosiolog mengartikan masyarakat sebagai sebagai kelompok di dalamnya terdapat orang-orang yang menjalankan kehidupan bersama sebagai satu kesatuan yang diikat melalui kerjasama dan nilai-nilai tertentu yang permanen.
dalam kehidupan sehari-hari, saya seorang individu membutuhkan keluarga ketika saya berada dilingkugan rumah, membutuhkan teman ketika saya berada dikampus atau ditempat lain. Keluarga dan teman saya bisa dibilang masyarakat. karena keduanya adalah kelompok yang membentuk sebuah sistem untuk berinteraksi
[sumber]
Tulude adalah pengucapan syukur kepada Mawu Ruata Ghenggona Langi (Tuhan yang Mahakuasa) atas berkat-berkat-Nya selama setahun yang lalu. Untuk praktisnya, banyak kelompok masyarakat menyelenggarakannya tidak utuh sebagai upacara, tetapi dilaksanakan dalam bentuk ibadah syukur, dari tingkat RT, lingkungan, kelurahan, jemaat-jemaat, organisasi rukun dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Namun, hakikat Tulude tetap menjadi dasar pelaksanaannya.
Beberapa abad lalu, Tulude dilaksanakan oleh para leluhur setiap tanggal 31 Desember. Namun karena kesibukan menghadapi perayaan Natal dan Tahub Baru, waktunya diundur sampai tanggal 31 Januari. Tulude berarti “menolak” atau “mendorong” dalam hal ini menolak tahun yang lama dan siap menerima tahun yang baru. Dalam tradisi kafir, acara ini diwujudkan dengan upacara di tepi pantai dengan mendorong ke laut sebuah perahu kecil dengan muatan tertentu. Perahu ini oleh tokoh adat dilepas ke laut sebagai simbol, segala sesuatu yang buruk di tahun yang akan lewat dibuang ke laut agar tidak lagi menimpa warga di tahun yang baru.
Ketika agama Kristen dan Islam masuk ke wilayah Nusa Utara pada abad ke-19, Tulude diisi dengan muatan-muatan injil dan tradisi kafir secara perlahan terkikis. Termasuk hari H yang biasa tanggal 31 Desember ditundu hingga 31 Januari. Pada tahun 1995, DPRD dan pemerintah kabupaten kepulauan Sangihe-Talaud, menetapkan 31 Januari sebagai hari jadi Sangihe Talaud dengan acara inti upacara Tulude.
Dalam upacara ada berbagai konten adat. Pertama, membuat kue adat Tamo di rumah seorang tokoh adat. Kemudian, persiapan pasukan pengiring, penari tari Gunde, tari salo, tari kakalumpang, tari empat wayer, kelompok nyanyi masamper, penetapan tokoh adat pemotong kue adat tamo, penyiapan tokoh adat pembawa ucapan Tatahulending Banua, tokoh adat pembawa ucapan doa keselamatan, seorang tokoh pemimpin upacara yang disebut Mayore Labo, dan penyiapan kehadiran Tembonang u Banua (pemimpin negeri sesuai tingkatan pemerintahan pelaksanaan upacara seperti kepala desa, camat, bupati/walikota atau gubernur) bersama Wawu Boki (isteri pemimpin negeri). Lalu mengundang seluruh warga hadir dengan membawa makanan untuk acara Saliwangu Banua (pesta rakyat makan bersama).
Waktu pelaksanaannya sore hari hingga malam selam 4-5 jam.
Individu, Keluarga dan Masyarakat
INDIVIDU merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil
KELUARGA adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.
MASYARAKAT adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebutManusia sebagai makhluk individu, keluarga, dan masyarakat oleh karenanya manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok atau berorganisasi dan membutuhkan orang lain. Masyarakat merupakan wadah berkumpulnya individu-individu yang hidup secara sosial, masyarakat terdiri dari ‘Saya’, ‘Anda’ dan ‘Mereka’ yang memiliki kehendak dan keinginan hidup bersama.Kita tahu dan menyadari bahwa manusia sebagai individu dan makhluk sosial serta memahami tugas dan kewajibannya dalam stiap tatanan kehidupan berkelompok dan dalam struktur dan sistem sosial yang ada.
Para sosiolog mengartikan masyarakat sebagai sebagai kelompok di dalamnya terdapat orang-orang yang menjalankan kehidupan bersama sebagai satu kesatuan yang diikat melalui kerjasama dan nilai-nilai tertentu yang permanen.
dalam kehidupan sehari-hari, saya seorang individu membutuhkan keluarga ketika saya berada dilingkugan rumah, membutuhkan teman ketika saya berada dikampus atau ditempat lain. Keluarga dan teman saya bisa dibilang masyarakat. karena keduanya adalah kelompok yang membentuk sebuah sistem untuk berinteraksi
[sumber]
0 komentar:
Posting Komentar